Bagaimana Nestlé Membuat Anak-Anak Kecanduan Gula di Negara-Negara Berpendapatan Rendah

Merek makanan bayi terkemuka Nestlé, yang dipromosikan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah sebagai merek makanan sehat dan dianggap bisa berperan penting untuk mendukung tumbuh kembang anak, ternyata mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi. Di Swiss, negara tempat kantor pusat Nestlé , produk semacam itu dijual tanpa gula tambahan. Ini adalah temuan utama dari investigasi baru yang dilakukan oleh Public Eye dan International Baby Food Action Network (IBFAN), yang menyoroti kemunafikan Nestlé dan strategi pemasaran menipu yang dilakukan oleh produsen makanan raksasa asal Swiss tersebut.

Meagan Adonis berusia 23 tahun ketika dia menjadi buta karena kondisi kesehatan yang serius. Pada tahun yang sama Meagan mengetahui bahwa dirinya hamil dan khawatir dengan tantangan menjadi seorang ibu yang buta. Saat ini Meagan menjadi lebih percaya diri sebagai seorang ibu dan baru-baru ini telah melahirkan anak kedua. Berbasis di Johannesburg, Afrika Selatan, “Dewi Buta” – begitu Meagan menyebut dirinya – kini mendokumentasikan kehidupannya kepada lebih dari 125.000 pengikutnya di media sosial dan mendokumentasikan rutinitas hariannya bersama bayi barunya.

Tahun lalu, Meagan memposting beberapa video di TikTok yang mempromosikan bubur bayi Cerelac untuk bayi mulai usia 6 bulan. “Seperti yang Anda lihat, saya memiliki bayi yang sangat aktif”, jelasnya dalam sebuah video di bulan Desember. “Sebagai seorang ibu yang buta, waktu memberi makan selalu merupakan sebuah petualangan! […] Sekarang mari kita siapkan makanan favoritnya hari ini. Tubuh kecil membutuhkan dukungan yang besar karena Nestlé Cerelac adalah makanan tambahan yang sempurna”. Meagan meyakinkan para penonton videonya dengan nada ceria – tanpa menyebutkan bahwa nasihat terkait makanan bayi ini hadir sebagai bagian dari kemitraan berbayar dengan Nestlé.

Sementara itu ribuan kilometer jauhnya di Guatemala, seorang ayah merekam putri kecilnya yang sangat aktif. “Tidak ada kepuasan yang lebih besar daripada melihat anak tumbuh kuat dan sehat”, kata Billy Saavedra, artis reggaeton (aliran musik elektronik) yang lebih dikenal dengan nama Billy the Diamond. “Itulah mengapa kami lebih memilih Nido 1+, yang mendukung perkembangan tulang dan otot serta sistem kekebalan tubuhnya”, tambahnya dalam video yang mempromosikan susu pertumbuhan untuk anak dari merek tersebut pada bulan Maret di akun Instagramnya yang memiliki lebih dari 550.000 pengikut.

Pola promosi yang menggunakan influencer seperti Meagan atau Billy (dan anak-anak mereka), merupakan inti dari strategi pemasaran Nestlé untuk meningkatkan penjualan produk makanan bayinya. Pendekatan ini yang sekarang menjadi semakin penting di banyak sektor, memungkinkan perusahaan menjangkau khalayak luas, membangun identitas dan kebutuhan yang sama serta menciptakan keterhubungan antara produk dengan konsumen. Karena iklan yang menggunakan sesama orang tua yang memiliki pengalaman serupa, membuat pesan dan nasihatnya menjadi lebih dapat dipercaya.

Pasar Produk yang Makin Berkembang

Lima puluh tahun setelah skandal publikasi “The Baby Killer” tentang susu formula, Nestlé mengklaim telah belajar dari masa lalu dan menyatakan untuk “teguh berkomitmen” terhadap “pemasaran produk pengganti ASI yang bertanggung jawab”.

Tampak depan selebaran “The Baby Killer” © War on Want / Mike Muller

Tampak depan selebaran “The Baby Killer” © War on Want / Mike Muller

Cerelac dan Nido (di Indonesia Nido dikenal dengan nama Dancow) adalah beberapa merek makanan bayi terlaris Nestlé di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Menurut data eksklusif yang diperoleh dari Euromonitor, sebuah firma analisis pasar yang berspesialisasi dalam industri makanan, angka penjualan mereka dalam kategori bernilai lebih dari 2,5 miliar Dollar AS pada tahun 2022.

Dalam publikasinya sendiri atau yang disampaikan melalui pihak ketiga, Nestlé mempromosikan Cerelac dan Nido sebagai merek yang bertujuan membantu anak-anak “menjalani hidup yang lebih sehat”. Diperkaya dengan vitamin, mineral, dan zat gizi mikro lainnya, produk-produk ini, berstandar baik sebagai produk dari perusahaan multinasional, disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan anak usia dini serta membantu memperkuat pertumbuhan, sistem kekebalan, dan perkembangan kognitif mereka.

Namun apakah bubur bayi dan susu bubuk ini benar-benar menawarkan “nutrisi terbaik”, seperti yang diklaim Nestlé? Hal itulah yang ingin diketahui oleh Public Eye dan International Baby Food Action Network (IBFAN), dengan berfokus pada salah satu musuh utama dalam hal nutrisi: gula.

Standar Ganda yang Tidak Bisa Dibenarkan

© Trevor Patt (CC BY-NC-SA 2.0 DEED)

© Trevor Patt (CC BY-NC-SA 2.0 DEED)

Bocoran informasi: Hasil investigasi kami menunjukkan bahwa bagi Nestlé, tidak semua bayi sama dalam hal penambahan gula. Meskipun di Swiss, tempat perusahaan ini berkantor pusat, merek utama bubur bayi dan susu pertumbuhan yang dipasarkan oleh perusahaan multinasional tersebut tidak mengandung gula tambahan. Namun sebagian besar produk Cerelac dan Nido yang dipasarkan di negara-negara berpenghasilan rendah memang mengandung gula tambahan, seringkali dalam jumlah yang cukup tinggi.

Misalnya, di Swiss, Nestlé mempromosikan bubur bayi rasa biskuit untuk bayi berusia 6 bulan dengan klaim “tanpa gula tambahan”, sedangkan di Senegal dan Afrika Selatan, bubur bayi Cerelac dengan rasa yang sama mengandung 6 gram gula tambahan per porsi sajian.

Di Swiss, produk bubur bayi rasa biskuit tidak mengandung gula tambahan. Di Afrika Selatan dan Senegal, produk dengan varian rasa yang sama mengandung lebih dari satu blok gula tambahan per porsi sajian. © Anne-Laure Lechat

Di Swiss, produk bubur bayi rasa biskuit tidak mengandung gula tambahan. Di Afrika Selatan dan Senegal, produk dengan varian rasa yang sama mengandung lebih dari satu blok gula tambahan per porsi sajian. © Anne-Laure Lechat

Di Jerman, Perancis dan Inggris – pasar Eropa terbesar Nestlé – semua susu pertumbuhan yang dijual oleh perusahaan untuk bayi berusia 1-3 tahun juga tidak mengandung gula tambahan. Meskipun beberapa bubur bayi untuk anak di atas setahun mengandung gula tambahan, bubur bayi untuk bayi berusia 6 bulan tidak mengandung gula tambahan.

Sereal berbahan dasar gandum Cerelac untuk bayi berusia 6 bulan yang dijual Nestlé di Jerman dan Inggris tidak mengandung gula tambahan, sementara produk yang sama mengandung lebih dari 5 gram per porsi sajian di Etiopia dan 6 gram di Thailand.

“Ada standar ganda yang tidak dapat dibenarkan di sini,” kata Nigel Rollins, ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, saat membaca temuan kami. Bagi Rollins, fakta bahwa Nestlé tidak menambahkan gula pada produk-produk tersebut di Swiss namun melakukannya di wilayah dengan sumber daya yang lebih rendah “merupakan masalah dari sudut pandang kesehatan masyarakat dan juga etika.” Rollins mengatakan bahwa produsen mungkin mencoba membiasakan anak-anak dengan kadar gula tertentu sejak usia dini, sehingga mereka lebih memilih produk yang tinggi gula. “Ini sama sekali tidak pantas,” menurut Rollins.

Produk-produk bubur bayi Cerelac yang dijual di Jerman dan Inggris tidak mengandung gula tambahan, tetapi mengandung kadar gula yang lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah. © Anne-Laure Lechat

Produk-produk bubur bayi Cerelac yang dijual di Jerman dan Inggris tidak mengandung gula tambahan, tetapi mengandung kadar gula yang lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah. © Anne-Laure Lechat

Jalan untuk Menyembunyikan Gula

Jumlah gula tambahan seringkali tidak diungkapkan dalam informasi nutrisi yang terdapat pada kemasan produk semacam ini. Di sebagian besar negara, termasuk Swiss dan negara-negara Eropa lain, perusahaan hanya diwajibkan untuk menunjukkan jumlah total gula, termasuk gula yang secara alami ada dalam susu atau buah utuh yang tidak dianggap berbahaya bagi kesehatan.

Meskipun Nestlé menonjolkan pentingnya vitamin, mineral, dan nutrisi lain yang terkandung dalam produknya, Nestlé tidak transparan dalam hal gula tambahan. Untuk mengungkap “gula tersembunyi” ini, kami mendapatkan berbagai produk Cerelac dan Nido dari sejumlah negara untuk diperiksa labelnya dan dalam beberapa kasus dianalisis oleh laboratorium khusus.

Di Brasil, yang merupakan salah satu pasar utama Nestlé, produk bubur bayi dipasarkan dengan merek ‘Mucilon’. Kadar gula tambahan tidak dicantumkan pada kemasan produk. © Anne-Laure Lechat

Di Brasil, yang merupakan salah satu pasar utama Nestlé, produk bubur bayi dipasarkan dengan merek ‘Mucilon’. Kadar gula tambahan tidak dicantumkan pada kemasan produk. © Anne-Laure Lechat

Hal ini ternyata lebih rumit dari yang diperkirakan. Beberapa laboratorium yang didekati di Swiss menolak melakukan analisis gula produk Nestlé. Salah satu laboratorium bahkan menyatakan bahwa mereka tidak dapat terlibat dalam proyek tersebut karena hasilnya “berpotensi menimbulkan dampak negatif” pada pelanggan yang sudah ada. Karena proses ini terhambat di Swiss, kami memutuskan untuk mendekati laboratorium yang berbasis di Belgia. Dan hasilnya ternyata sungguh mengejutkan.

Satu Sendok Teh Gula per Porsi Sajian

Cerelac adalah merek bubur bayi terkemuka nomor 1 di dunia, dengan penjualan melebihi 1 miliar Dollar AS pada tahun 2022, sesuai data Euromonitor. Kami memeriksa 115 produk yang dijual di pasar utama Nestlé di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tak kurang dari 108 di antaranya (atau sekitar 94%) mengandung gula tambahan.

Untuk 67 produk ini, kami dapat menentukan jumlah gula tambahan. Rata-rata, analisis kami menemukan hampir 4 gram per porsi sajian, atau sekitar 1 sendok teh gula. Jumlah tertinggi – 7,3 gram per porsi – terdeteksi pada produk yang dipasarkan di Filipina dan ditargetkan pada bayi berusia 6 bulan.

Di India, yang penjualannya melampaui 250 juta Dollar AS pada tahun 2022, semua bubur bayi Cerelac mengandung gula tambahan, rata-rata hampir 3 gram per porsi sajian. Situasi yang sama juga terjadi di Afrika Selatan, pasar utama di benua Afrika, di mana semua bubur bayi Cerelac mengandung 4 gram atau lebih gula tambahan per porsi sajian. Di Brasil, pasar terbesar kedua di dunia, dengan penjualan sekitar 150 juta Dollar AS pada tahun 2022, ¾ bubur bayi Cerelac (di negara tersebut dikenal dengan merek Mucilon) mengandung gula tambahan, rata-rata 3 gram per porsi sajian.

Produk ini yang dipasarkan di Filipina untuk bayi usia 6 bulan mengandung hampir 2 blok gula tambahan per porsi sajian. © Anne-Laure Lechat

Produk ini yang dipasarkan di Filipina untuk bayi usia 6 bulan mengandung hampir 2 blok gula tambahan per porsi sajian. © Anne-Laure Lechat

“Ini merupakan kekhawatiran besar,” komentar Rodrigo Vianna, ahli epidemiologi dan Profesor di Departemen Nutrisi Universitas Federal Paraíba di Brasil. “Gula tidak boleh ditambahkan ke makanan yang diberikan kepada bayi dan anak usia dini karena tidak diperlukan dan sangat membuat ketagihan. Anak-anak akan terbiasa dengan rasa manis dan mulai mencari makanan yang lebih manis. Hal ini akan memulai siklus negatif yang meningkatkan risiko gangguan gizi di masa dewasa. Ini termasuk obesitas dan penyakit tidak menular kronis lainnya, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi,” menurut sang ahli.

 “Suatu Bentuk Penjajahan”

 Meskipun tidak terlalu menonjol, tren ini terkonfirmasi pada merek Nido, yang paling populer di pasar kategori susu pertumbuhan. Pada tahun 2022, penjualan global produk Nido untuk anak-anak berusia 1-3 tahun telah melampaui 1 miliar Dollar AS sesuai data Euromonitor. Kami memeriksa 29 produk yang dijual oleh Nestlé di beberapa pasar utama di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Hasilnya: 21 produk (atau sekitar 72%) mengandung gula tambahan.

Berikut adalah beberapa varian produk susu bubuk Nido yang dianalisis dalam investigasi ini. Produk-produk ini rata-rata mengandung hampir 2 gram gula tambahan per porsi sajian. © Anne-Laure Lechat

Berikut adalah beberapa varian produk susu bubuk Nido yang dianalisis dalam investigasi ini. Produk-produk ini rata-rata mengandung hampir 2 gram gula tambahan per porsi sajian. © Anne-Laure Lechat

Untuk 10 produk ini, kami dapat menentukan jumlah gula tambahannya. Rata-rata, analisis kami menemukan hampir 2 gram per porsi sajian. Nilai maksimum – sebesar 5,3 gram per porsi sajian – terdeteksi pada produk yang dijual di Panama.

Dengan penjualan sekitar 400 juta Dollar AS pada tahun 2022, Indonesia adalah pasar terkemuka di dunia untuk Nido (di Indonesia dikenal sebagai Dancow). Kedua produk untuk anak setahun ke atas yang dipasarkan di Indonesia mengandung gula tambahan – lebih dari 0,7 gram per porsi sajian.

Namun demikian Nestlé menyoroti bahwa produk-produk ini “tanpa tambahan sukrosa”, tetapi memang mengandung gula tambahan dalam bentuk madu. Namun demikian, madu dan sukrosa sama-sama didefinisikan WHO sebagai gula yang tidak boleh ditambahkan ke makanan bayi. Nestlé sendiri menjelaskan hal ini dengan sangat baik dalam sebuah kuis edukatif di laman Nido di Afrika Selatan: mengganti sukrosa dengan madu “tidak memiliki manfaat kesehatan secara ilmiah”, karena keduanya dapat berkontribusi “pada penambahan berat badan dan kemungkinan obesitas”.

Di Brasil, yang merupakan pasar Nido terbesar kedua di dunia, Nestlé menyatakan tidak menambahkan gula ke dalam produknya karena khawatir akan kesehatan dan pola makan anak-anak: “Sebaiknya hindari konsumsi bahan-bahan ini di masa kanak-kanak, karena rasa manis dapat mempengaruhi preferensi anak di masa depan,”. Produsen raksasa makanan tersebut bahkan mencantumkannya di laman merek tersebut di Brasil.

Sebuah toko yang dihiasi dengan promosi produk Nido di Managua (Nikaragua). © Laurent Gaberell

Sebuah toko yang dihiasi dengan promosi produk Nido di Managua (Nikaragua). © Laurent Gaberell

Namun, di sebagian besar negara Amerika Tengah, di mana Nestlé secara agresif mempromosikan Nido menggunakan para influencer, susu untuk anak berusia setahun ke atas mengandung lebih dari 1 blok gula tambahan per porsi sajian. Di Nigeria, Senegal, Bangladesh, dan Afrika Selatan – tempat Nido sangat populer – semua produk untuk anak berusia 1-3 tahun mengandung gula tambahan.

“Saya tidak mengerti mengapa produk yang dijual di Afrika Selatan harus berbeda dengan produk yang dijual di negara berpendapatan tinggi,” kata Karen Hofman, Profesor Kesehatan Masyarakat di Universitas Witwatersrand di Johannesburg yang juga seorang dokter anak. “Ini adalah bentuk penjajahan dan tidak boleh ditoleransi,” tambahnya. “Tidak ada alasan untuk menambahkan gula ke makanan bayi di mana pun,” tegas Hofman.

Dua Tahun Pertama Kehidupan

Pandangan ini juga diamini oleh WHO, yang selama beberapa tahun telah memperingatkan mengenai tingginya kandungan gula tambahan dalam produk makanan bayi. “Studi ini menekankan perlunya tindakan segera untuk membenahi kondisi produk pangan bagi anak-anak,” kata Dr Francesco Branca, Direktur Departemen Gizi dan Keamanan Pangan WHO, kepada Public Eye dan IBFAN. “Menghilangkan gula tambahan dari produk makanan untuk anak usia dini akan menjadi cara penting untuk menerapkan pencegahan awal terhadap obesitas.”

WHO khawatir angka obesitas akan meningkat secara dramatis, terutama di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, dimana obesitas kini telah mencapai “proporsi epidemi” dan memicu peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, kanker dan diabetes. Meningkatnya konsumsi produk makanan ultra proses, yang seringkali mengandung banyak gula, dianggap sebagai salah satu penyebab utama epidemi ini.

Menurut WHO, anak yang lebih kecil juga tidak kebal terhadap situasi ini: obesitas pada masa kanak-kanak telah meningkat 10 kali lipat selama 4 dekade terakhir. Diperkirakan 39 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, yang sebagian besarnya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

“Dua tahun pertama kehidupan seorang anak sangatlah penting, karena nutrisi yang optimal pada periode ini dapat menurunkan angka penyakit dan kematian, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendorong perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan,” sesuai penjelasan WHO. Pada tahun 2022, badan PBB tersebut telah menyerukan larangan penambahan gula dan pemanis pada produk makanan untuk bayi dan anak di bawah usia 3 tahun dan mendesak industri untuk “bersikap proaktif” dan “mendukung target kesehatan masyarakat” dengan memformulasi ulang produk makanan bayinya.

Namun Nestlé nampaknya tidak mendengarkan himbauan ini. Meskipun perusahaan multinasional tersebut secara terbuka telah merekomendasikan untuk menghindari makanan bayi yang mengandung gula tambahan, kata-kata bijak ini tampaknya tidak berlaku di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dimana Nestlé terus menambahkan gula dalam jumlah tinggi ke beberapa produk terpopulernya.

Nestlé tidak menjawab pertanyaan spesifik mengenai standar ganda ini. Namun perusahaan tersebut mengatakan kepada Public Eye dan IBFAN bahwa mereka “telah mengurangi sebesar 11% jumlah total gula tambahan dalam portofolio produk bubur bayinya di seluruh dunia” selama dekade terakhir dan bahwa mereka akan “lebih mengurangi tingkat gula tambahan tanpa mengorbankan kualitas, keamanan, dan rasa”. Nestlé juga mengindikasikan bahwa mereka secara bertahap akan menghentikan penggunaan sukrosa dan sirup glukosa pada susu pertumbuhan Nido secara global. Perusahaan menambahkan bahwa produknya “sepenuhnya mematuhi” Codex Alimentarius dan regulasi setempat.

Regulasi yang Lemah

Produk makanan bayi dengan gula tambahan ini diizinkan berdasarkan peraturan nasional di sebuah negara meskipun faktanya produk tersebut melanggar rekomendasi WHO. Regulasi nasional sering kali didasarkan pada Codex Alimentarius, kumpulan standar internasional yang dikembangkan oleh komisi antar pemerintah yang berbasis di Roma. Tujuan yang dinyatakan dalam Codex Alimentarius adalah untuk melindungi kesehatan konsumen dan memastikan praktik yang adil dalam perdagangan produk pangan. Aturan standar ini menjadi penting sebagai acuan dalam penyelesaian perselisihan perdagangan setelah berdirinya Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 1995. Aturan ini juga memberikan toleransi terhadap penggunaan gula tambahan dalam makanan bayi hingga batas tertentu yang spesifik untuk setiap jenis produk – hingga 20% pada bubur bayi.

Pertemuan komisi Codex Alimentarius di Roma. © FAO / Alessandra Benedetti

Pertemuan komisi Codex Alimentarius di Roma. © FAO / Alessandra Benedetti

Standar Codex Alimetarius untuk makanan bayi telah dikritik oleh WHO karena dianggap “tidak memadai’ terutama terkait gula, karena anak-anak sudah menentukan preferensi makanan mereka sejak dini. Lembaga kesehatan dunia ini telah menyerukan agar standar tersebut diperbarui dan disesuaikan dengan pedoman WHO, dengan fokus khusus pada pelarangan penambahan gula. Standar Codex Alimentarius yang ada saat ini tidak cukup untuk menentukan apakah suatu makanan layak untuk promosi bagi bayi dan anak kecil, menurut badan PBB tersebut.

“Rekomendasi WHO bersifat independen dan tidak bergantung pada pengaruh industri apapun,” kata Nigel Rollins kepada Public Eye dan IBFAN. “Di Codex, Anda akan melihat berbagai pihak yang memiliki lobi yang substantif: industri gula, industri makanan bayi, dan lainnya semuanya hadir di ruangan tempat pengambilan keputusan.” Meskipun Codex Commission adalah badan antar pemerintah, perwakilan industri dapat berpartisipasi sebagai pengamat atau bahkan sebagai anggota delegasi nasional. Dalam proses kajian terbaru terhadap produk susu formula lanjutan, campur tangan pelobi industri bahkan mencakup lebih dari 40% dari total peserta. Bagi Rollins, inilah alasan utama mengapa standar Codex – dan juga regulasi nasional – kurang memberikan perlindungan dibandingkan pedoman WHO.

Praktik Pemasaran yang Kontroversial

Investigasi kami menunjukkan bahwa Nestlé menggunakan metode pemasaran yang agresif untuk mempromosikan Nido dan Cerelac di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, meskipun Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI melarang promosi komersial produk-produk tersebut. Kode Pemasaran Produk Pengganti ASI ini, yang awalnya diadopsi pada tahun 1981 setelah skandal publikasi “The Baby Killer”, yang kemudian diperjelas dan diperkuat oleh Resolusi-Resolusi WHA selanjutnya, melarang semua promosi susu formula untuk melindungi proses menyusui. Larangan ini juga berlaku untuk susu pertumbuhan dan produk bubur bayi seperti Cerelac, yang tidak memenuhi pedoman nutrisi dan mengandung “kadar gula tinggi”.

Nestlé menjawab bahwa mereka “mematuhi Kode Internasional dan resolusi WHA yang diterapkan oleh pemerintah nasional di mana pun di dunia.” “Jika peraturan setempat tidak seketat kebijakan kami dalam menerapkan Kode Internasional ini, kami akan mematuhi kebijakan kami yang lebih ketat tersebut,” Nestlé menambahkan.

Dalam praktiknya, penerapan Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI ini umumnya lemah di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, seringkali karena adanya tekanan dari industri makanan bayi dan negara-negara pengekspor. Selain itu, kebijakan ini tidak berlaku untuk susu pertumbuhan untuk anak berusia setahun ke atas atau produk makanan bayi lainnya, meskipun keduanya tercakup dalam Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI.

Terlebih lagi, Nestlé mempromosikan produk Nido dan Cerelac sebagai produk yang sehat dan penting untuk tumbuh kembang anak, meskipun produk tersebut mengandung gula tambahan. “Seringkali klaim kesehatan dari produsen tidak didukung oleh ilmu pengetahuan,” kata Rollins, saat membaca laporan kami. “Jika Anda memiliki produk farmasi yang ingin Anda klaim dapat meningkatkan perkembangan otak pada bayi, atau meningkatkan pertumbuhan pada bayi, Anda harus melewati standar proses pembuktian yang sangat tinggi,” jelasnya. “Tetapi karena ini adalah makanan, Anda tidak harus melewati standar tersebut.”

Di Afrika Tengah dan Barat, Nestlé aktif di Facebook dengan laman yang diberi nama “Nido Mums”.

Di Afrika Tengah dan Barat, Nestlé aktif di Facebook dengan laman yang diberi nama “Nido Mums”.

Klaim nutrisi dan kesehatan “mengidealkan produk, menyiratkan bahwa produk tersebut lebih baik daripada makanan keluarga, dan menutupi risikonya,” jelas WHO dalam laporannya baru-baru ini yang memperingatkan praktik pemasaran makanan bayi yang membahayakan perbaikan yang ingin dicapai pada kebutuhan gizi bayi dan anak-anak. Hal ini telah menyesatkan konsumen mengenai informasi kandungan sebenarnya dari makanan tersebut, menurut badan PBB tersebut. Namun Nestlé menjadikan hal-hal tersebut sebagai pilar utama dalam strategi pemasarannya.

“Tumbuh Cerdas”

“Tumbuh cerdas” – baliho besar di pusat kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia menampilkan slogan tersebut. Ini merupakan inti dari kampanye Nestlé untuk mempromosikan merek susu bubuk Nido (yang di Indonesia dipasarkan dengan merek Dancow), sebagai “mitra orang tua untuk pertumbuhan dan perkembangan anak”. “Terinspirasi oleh kecintaan para ibu terhadap nutrisi bayi, Dancow adalah pilihan paling sehat”, klaim Nestlé, namun tidak mengungkapkan bahwa produknya mengandung gula tambahan.

“Tumbuh cerdas”. Iklan produk Nido (Dancow) di tengah kota Jakarta. Produk tersebut mengandung gula tambahan. © Ibfan

“Tumbuh cerdas”. Iklan produk Nido (Dancow) di tengah kota Jakarta. Produk tersebut mengandung gula tambahan. © Ibfan

Tahun lalu, Nestlé meluncurkan kampanye promosi yang bertujuan untuk “mendukung potensi anak-anak berusia 1 tahun ke atas di Indonesia”. Kampanye ini berhasil melibatkan 2 juta ibu untuk berbagi “momen menarik” dengan anak-anak mereka di media sosial, yang secara efektif mengubah para ibu ini menjadi pengiklan dan duta merek yang tidak dibayar. “Terima kasih @dancow sudah mendampingi tumbuh kembang anak saya,” tulis salah satu ibu.

Nestlé juga menerapkan strategi serupa di Brasil untuk mempromosikan merek bubur bayi Cerelac (dipasarkan di sana sebagai Mucilon). Kampanyenya didasarkan pada konsep “nutrisi yang diperkaya oleh Mucilon dan dipilih oleh para ibu,” menurut Dani Ribeiro, direktur biro iklan yang bertanggung jawab. Hal ini mencerminkan kecintaan orang tua terhadap bayinya, dan menyoroti “manfaat nutrisi yang berkontribusi terhadap kekebalan dan perkembangan otak bayi,” jelasnya. “Orang tua dibanjiri informasi yang menampilkan kenyataan bahwa mereka membuat pilihan yang tepat untuk anak-anak mereka,” tambah Ribeiro.

Di Brasil, Nestlé mempromosikan Cerelac (Mucilon) sebagai produk bubur bayi yang kaya nutrisi dan berkontribusi terhadap sistem kekebalan tubuh anak dan perkembangan otak.

Di Afrika Selatan, Nestlé mempromosikan Cerelac sebagai sumber 12 vitamin dan mineral penting dengan konsep “tubuh kecil membutuhkan dukungan besar”. “Selama lebih dari 150 tahun, generasi orang tua telah mempercayai Nestlé Cerelac untuk menyediakan apa yang dibutuhkan bayi mereka,” menurut perusahaan multinasional tersebut. Namun semua produk Cerelac yang dijual di negara yang sedang menghadapi endemi obesitas ini, mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi.

Chris Van Tulleken, Profesor di Universitas London dan penulis buku terlaris “Ultra-Processed People”, yang mengeksplorasi luasnya dampak makanan ultra-olahan, sangat prihatin dengan strategi pemasaran yang digunakan Nestlé. “Ini bukan produk yang sehat. Itu tidak diperlukan. Produk ini tentu kalah dengan makanan asli,” katanya. “Jenis produk ini adalah bagian dari transisi nutrisi global ke pola makan ultra-olahan yang dikaitkan dengan penambahan berat badan dan obesitas, namun juga banyak dampak buruk lainnya terhadap kesehatan.”

Sebuah Platform “Pendidikan”

Nestlé mempelopori “pemasaran medis,” yang menggunakan berbagai teknik promosi yang menjadi praktik standar di industri saat ini, kata Phillip Baker, peneliti senior Universitas Sydney di Australia dan penulis berbagai penelitian seputar subjek tersebut. Strategi ini didasarkan pada penguatan hubungan dengan para tenaga kesehatan dan dukungan dari otoritas ilmiah terkemuka, sekaligus memposisikan perusahaan sebagai mitra bagi orang tua dalam nutrisi dan perkembangan anak-anak mereka.

Meskipun tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan di pasar makanan bayi, hal ini juga memainkan peran penting lainnya bagi Nestlé: mengembangkan konsumen yang loyal seumur hidup. Baker menggambarkannya sebagai “strategi pemasaran dari awal hingga akhir.” “Idenya adalah untuk mendapatkan konsumen sejak usia sangat muda, mengembangkan loyalitas merek, dan mengembangkan preferensi rasa untuk produk mereka di kemudian hari”, jelasnya.

Nestlé telah menciptakan Baby and Me, sebuah “platform pendidikan” yang tersedia di lebih dari 60 negara, dengan tujuan mempromosikan pola makan sehat untuk bayi dan menawarkan informasi yang “didukung oleh para ahli”. Orang tua yang mencari informasi mengenai nutrisi bayi mungkin diarahkan ke platform ini dan di sana mereka akan melihat konten yang mengarahkan ke berbagai pilihan produk Nestlé.

Nestlé telah menciptakan platform pendidikan “Baby and Me”, yang bertujuan untuk mempromosikan pola makan sehat untuk bayi dan memberikan informasi yang “didukung oleh para ahli”. Namun konten ini sarat dengan muatan iklan.

Nestlé telah menciptakan platform pendidikan “Baby and Me”, yang bertujuan untuk mempromosikan pola makan sehat untuk bayi dan memberikan informasi yang “didukung oleh para ahli”. Namun konten ini sarat dengan muatan iklan.

Parenteam,” sebuah skema promosi Nestlé versi Filipina, menawarkan kalender dan kalkulator ovulasi dan kehamilan. Di Afrika Selatan, orang tua dapat mengakses “daftar momen penting” untuk membantu mereka “memenangkan setiap tahapan pengasuhan anak modern”. Sementara promosi Nestlé di Meksiko menyediakan kalkulator alergi dan di Brasil mereka memiliki panduan untuk menemukan nama yang tepat. Laman promosi Nestlé umumnya berisi berbagai saran, alat, dan resep yang dirancang untuk menarik perhatian orang tua. Namun iklan untuk produk Nestlé dan tombol “beli produknya sekarang” selalu tersedia juga di sana.

Ahli Berjas Putih

Nestlé secara rutin menyelenggarakan acara di saluran daring Nido dan Cerelac bersama dengan para tenaga kesehatan. Meskipun para ahli umumnya berbicara tentang isu-isu terkait nutrisi anak dan tidak secara langsung mempromosikan produknya, merek Nido dan Cerelac terlihat sangat menonjol dalam acara, sehingga membuat para orang tua percaya bahwa produk-produk ini didukung oleh otoritas ilmiah terkemuka dan bahwa klaim kesehatan dan nutrisi Nestlé mempunyai dukungan ilmiah.

Investigasi kami juga menemukan kasus dimana para ahli berjas putih secara langsung mempromosikan produk Nestlé. “Sistem formulasi nutrisi Nido secara khusus dirancang untuk melindungi setiap tahap perkembangan anak Anda,” jelas ahli gizi Kenia Lawrence dalam video yang diposting di sebuah akun Instagram di Panama. “Nido 1+ membantu melindungi dan memperkuat sistem kekebalan tubuh, yang dilengkapi probiotik dan prebiotik, serta mengandung nutrisi penting untuk tumbuh kembang anak.” Namun tidak sepatah kata pun tentang takaran setara 1 ½ blok gula tambahan yang ditambahkan ke setiap porsi sajian produk tersebut.

Bagi Baker, jelas bahwa “dengan menggunakan tenaga kesehatan, perusahaan sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan orang tua”. Baker meyakini bahwa ini adalah sebuah pengaruh yang “seringkali bisa merugikan,”. Praktik ini juga bertentangan dengan pedoman WHO yang menyatakan bahwa produsen tidak boleh mendorong tenaga kesehatan untuk mendukung dan merekomendasikan merek dan produk mereka.

Dalam laporan yang dirilis baru-baru ini, WHO mengkritik keras praktik pemasaran yang digunakan oleh industri makanan bayi untuk mempromosikan produknya secara daring dan menuding penggunaan berbagai strategi yang sering tidak dapat diidentifikasi public awam sebagai konten iklan. Hal ini termasuk penggunaan kelompok-kelompok birthclub serta penggunaan tenaga kesehatan dan para influencer seperti Meagan Adonis dan Billy Saavedra yang telah dijelaskan di atas. Badan PBB tersebut meminta produsen untuk segera mengakhiri “praktik pemasaran eksploitatif” mereka.

Tidak ada yang bisa membenarkan standar ganda yang disoroti oleh investigasi Public Eye dan IBFAN. Jika Nestlé benar-benar ingin bertindak secara bertanggung jawab, maka Nestlé harus berhenti membuat bayi dan anak-anak usia dini kecanduan gula, di negara mana pun mereka dilahirkan.

Swiss NGO Public Eye offers a critical analysis of the impact that Switzerland, and its companies, has on economically disadvantaged countries. Through research, advocacy and campaigning, Public Eye also demands the respect of human rights and of the environment throughout the world. With a strong support of some 28,000 members, Public Eye focuses on global justice. Reports like this one are only possible thanks to the people who support us: with a donation, you help us remain entirely independent.

Teks: Laurent Gaberell, Manuel Abebe, Patti Rundall
Penterjemah Bahasa Indonesia: Lianita Prawindarti
Editor Bahasa Indonesia: Nia Umar, Fitria Rosatriani
Implementasi web: Fabian Lang, Rebekka Köppel

Legal disclaimer

Public Eye is not responsible for the content and design of the reproduction of this text or cross-references to the text and distances itself from any illegal content of the reproduced or linked content that might have been added later. Public Eye is under no obligation to check content that has been reproduced or linked for changes.

The original version of the present text was written in French. This text is a translation. In case of discrepancy between the French and the Indonesian version of the text, the original version applies. Public Eye accepts no liability for an inaccurate translation, linguistic errors or other misunderstandings arising from the translation.